Wednesday, February 12, 2014

Stop Pragmatisme Politik Generasi Muda

Iklim demokrasi saat ini berimplikasi pada kecenderungan masyarakat khususnya generasi muda yang terjun ke dunia politik menjadi semakin pragmatis. Mereka dengan mudah berlabuh dari satu partai politik ke partai politik lainnya, yang ideologi dan orientasi politiknya tentu berbeda-beda. Hal itu dilakukan hanya untuk meraih kekuasaan atau mendapatkan sumber-sumber ekonomi.

Tak jarang, mereka bekerja sama dengan pihak-pihak yang secara ideologi atau orientasi politik berseberangan, bahkan berlawanan. Banyak dari mereka yang tidak memiliki visi tentang kemaslahatan bersama melalui politik, tapi hanyak berorientasi pada kepentingan pribadi dan menggunakan politik sebagai kendaraan untuk mencapainya.

Apa yang salah dengan generasi muda kita?

Keadaan ini berkaitan dengan moralitas mereka yang merupakan generasi Apolitis bentukan Orde Baru dan sistem demokrasi politik yang tidak sehat. Dua hal ini membuat generasi muda terjebak secara politik. Mereka kehilangan moralitas, pegangan nilai, idealisme yang dapat menjadi panduan dalam berpolitik serta di latarbelakangi oleh lapangan kerja yang minim dan sistem politik yang semakin terbuka dan kompetitif, yang berlandaskan pada uang dan dukungan massa.

Disamping itu,  pertumbuhan penduduk dan angkatan kerja yang tinggi tidak dibarengi ketersediaan lapangan kerja memadai, sektor pertanian  tidak cukup menarik bagi anak muda. Salah satu penyebabnya karena sektor ini dianggap  tidak mampu menghasilkan cukup banyak uang untuk membiayai gaya hidup mereka yang kian konsumtif. Banyak anak muda kemudian melirik politik sebagai sumber penghasilan karena sektor ini menjanjikan kekuasaan yang dapat digunakan untuk mengakses sumber-sumber ekonomi.

Untuk itu partai politik sangat berperan dalam hal mengajarkan pendidikan politik yang baik bagi setiap pengurus, kader, simpatisan dan masyarakat umum agar tatanan demokrasi dapat berjalan "on the track".

Sangat miris kita melihat begitu banyak generasi muda yang hanya di jadikan sebagai mesin politik partai dalam meraup dukungan suara rakyat semata, setelah proses hajatan politik berakhir maka dianggap selesailah tugas mereka sehingga yang terjadi adalah terbentuk mental-mental generasi muda yang pragmatis.

Keadaan ini harus kita rubah, dengan cara melakukan pola pendidikan dan kaderisasi politik yang positif dan berkesinambungan melalui program-program pemberdayaan yang sesuai dengan minat dan bakat para generasi muda itu sendiri, sehingga para generasi muda bisa mandiri dan tetap dapat berkontribusi positif bagi kemaslahatan umat dan masyarakat.

Untuk itu dalam menghadapi pemilu Legislatif 9 April 2014 kita mengharapkan agar para generasi muda dapat memiliki andil positif guna memberikan arahan kepada orang tua dan masyarakat agar tidak salah dalam menentukan pilihan khususnya para wakil rakyat yang akan mewakili nantinya.

Dengan memilih wakil rakyat yang memiliki kapasitas, integritas dan moralitas yang baik, maka niscaya daerah tersebut akan maju dan sebaliknya jika menentukan wakil rakyat yang tidak memiliki jejak rekam yang baik maka bisa dipastikan daerah tersebut akan tetap seperti itu adanya.

Oleh karena itu, peran generasi muda sangat penting guna merubah paradigma dan tatanan demokrasi politik ke arah yang lebih baik.

0 comments:

Post a Comment