Thursday, February 20, 2014

Karyono: Gubernur Riau Terpilih Harus Perhatikan Dunia Pendidikan Islam

Dunia pendidikan Islam (Pondok Pesantren) sebagai lembaga pendidikan tertua di bangsa ini tentu tidak di ragukan atas sumbangsihnya dalam mencetak generasi berkualitas harapan bangsa yang islami. Begitu juga di Propinsi Riau sudah sangat besar sumbangsih Pondok Pesantren dalam mencetak sumber daya manusia berkualitas yang bermental islami berkiprah dalam berbagai aktifitas dan profesi mulai dari Birokrat, Politisi, Pengusaha, Pengacara, TNI, Polri, Dokter, Bidan, Perawat,Dosen, Ustad dan Ustadzah.

Namun cukup ironis sekarang? Kondisi pesantren sudah sangat tertinggal dalam hal pemenuhan fasilitas khususnya sarana pendidikan dengan fasilitas pendidikan Negeri atau Swasta lainya, hal ini disebabkan karena porsi anggaran yang begitu timpang. Realitas ini akibat dari sistem pendidikan nasional yang membuat batasan antara Pendidikan Negeri dan Swasta yang berada di naungan Kementrian Pendidikan sementara Pondok Pesantren berada di Kementrian Agama.

Pesantren kini banyak kondisinya antara hidup dan mati. Kondisi ini tentu harus di selamatkan, karena diakui atau tidak, alumni pesantren sudah sangat berkontribusi terhadap pembangunan daerah Riau itu sendiri.

Untuk itu kita mengharapkan perlu adanya intervensi pemerintah daerah dalam hal ini Gubernur Propinsi Riau untuk dapat melakukan pendataan dan iventarisasi terhadap kelembagaan pesantren dari semua aspek, sehingga pesantren dapat juga di perhatikan oleh pemerintah daerah.

Cukup ironis rasanya, pesantren seakan-akan hanya mencetak juru doa dan juru mengaji saja, padahal realitasnya tidak begitu. Banyak opini di masyarakat, orang pesantren hanya di butuhkan ketika acara seremonial saja, menjadi imam, ceramah, mendoa ataupun mengaji. Sebenarnya ini keliru, realitasnya, pesantren juga mencetak generasi yang berdaya saing, alumni pesantren kini sudah sama dan bahkan lebih bagus kualitas pendidikannya dengan lembaga pendidikan formal lainnya. Untuk itu kita mengharapkan kepada Gubernur Riau Terpilih H. Annas Maamun untuk memberikan perhatian lebih terhadap dunia Pondok Pesantren.

Perhatian ini bisa di wujudkan dalam hal pemberian bantuan sosial (hibah) terhadap pemenuhan sarana pendidikan, ibadah dan infrastruktur penunjang lainya. Jika hal itu dilakukan, maka kita meyakini Pondok Pesantren di Riau akan bisa maju dan bersaing yang pada akhirnya akan lebih dapat memberikan kontribusi positif dalam pembangunan dan kemajuan daerah lancang kuning tercinta. Semoga...

Wednesday, February 12, 2014

Stop Pragmatisme Politik Generasi Muda

Iklim demokrasi saat ini berimplikasi pada kecenderungan masyarakat khususnya generasi muda yang terjun ke dunia politik menjadi semakin pragmatis. Mereka dengan mudah berlabuh dari satu partai politik ke partai politik lainnya, yang ideologi dan orientasi politiknya tentu berbeda-beda. Hal itu dilakukan hanya untuk meraih kekuasaan atau mendapatkan sumber-sumber ekonomi.

Tak jarang, mereka bekerja sama dengan pihak-pihak yang secara ideologi atau orientasi politik berseberangan, bahkan berlawanan. Banyak dari mereka yang tidak memiliki visi tentang kemaslahatan bersama melalui politik, tapi hanyak berorientasi pada kepentingan pribadi dan menggunakan politik sebagai kendaraan untuk mencapainya.

Apa yang salah dengan generasi muda kita?

Keadaan ini berkaitan dengan moralitas mereka yang merupakan generasi Apolitis bentukan Orde Baru dan sistem demokrasi politik yang tidak sehat. Dua hal ini membuat generasi muda terjebak secara politik. Mereka kehilangan moralitas, pegangan nilai, idealisme yang dapat menjadi panduan dalam berpolitik serta di latarbelakangi oleh lapangan kerja yang minim dan sistem politik yang semakin terbuka dan kompetitif, yang berlandaskan pada uang dan dukungan massa.

Disamping itu,  pertumbuhan penduduk dan angkatan kerja yang tinggi tidak dibarengi ketersediaan lapangan kerja memadai, sektor pertanian  tidak cukup menarik bagi anak muda. Salah satu penyebabnya karena sektor ini dianggap  tidak mampu menghasilkan cukup banyak uang untuk membiayai gaya hidup mereka yang kian konsumtif. Banyak anak muda kemudian melirik politik sebagai sumber penghasilan karena sektor ini menjanjikan kekuasaan yang dapat digunakan untuk mengakses sumber-sumber ekonomi.

Untuk itu partai politik sangat berperan dalam hal mengajarkan pendidikan politik yang baik bagi setiap pengurus, kader, simpatisan dan masyarakat umum agar tatanan demokrasi dapat berjalan "on the track".

Sangat miris kita melihat begitu banyak generasi muda yang hanya di jadikan sebagai mesin politik partai dalam meraup dukungan suara rakyat semata, setelah proses hajatan politik berakhir maka dianggap selesailah tugas mereka sehingga yang terjadi adalah terbentuk mental-mental generasi muda yang pragmatis.

Keadaan ini harus kita rubah, dengan cara melakukan pola pendidikan dan kaderisasi politik yang positif dan berkesinambungan melalui program-program pemberdayaan yang sesuai dengan minat dan bakat para generasi muda itu sendiri, sehingga para generasi muda bisa mandiri dan tetap dapat berkontribusi positif bagi kemaslahatan umat dan masyarakat.

Untuk itu dalam menghadapi pemilu Legislatif 9 April 2014 kita mengharapkan agar para generasi muda dapat memiliki andil positif guna memberikan arahan kepada orang tua dan masyarakat agar tidak salah dalam menentukan pilihan khususnya para wakil rakyat yang akan mewakili nantinya.

Dengan memilih wakil rakyat yang memiliki kapasitas, integritas dan moralitas yang baik, maka niscaya daerah tersebut akan maju dan sebaliknya jika menentukan wakil rakyat yang tidak memiliki jejak rekam yang baik maka bisa dipastikan daerah tersebut akan tetap seperti itu adanya.

Oleh karena itu, peran generasi muda sangat penting guna merubah paradigma dan tatanan demokrasi politik ke arah yang lebih baik.

Monday, February 10, 2014

Caleg Harus Memiliki Idealisme Politik

Realitas demokrasi politik dewasa ini sudah bergeser dari cita-cita sesungguhnya. Budaya pragmatis kini sudah di anggap sesuatu yang wajar, bahkan jika tidak melakukan, kita di anggap ketinggalan jaman. Kondisi ini sangat tidak sehat dalam hal proses pendewasaan dan pendidikan politik.

Saat ini beragam partai politik yang turut sebagai peserta pemilu umum legislatif kebanyakan memiliki calon legislatif yang tidak punya idealisme politik tinggi dan kaderisasi yang mumpuni.

Banyak partai di Indonesia, yang ikut pemilu 9 April 2014 ini, kebanyakan tidak sejalan dengan nilai-nilai demokrasi sesungguhnya, partai hanya mengedepankan nilai-nilai popularitas dan pragmatis. Kondisi ini bisa di lihat dari banyaknya Caleg yang di usung hanya di dasari oleh kemampuan finansial dan popularitas semata, Caleg seperti ini terkadang malah tidak paham apa itu politik dan apa itu partai.

Ada Dua hal penting yang harus di perhatikan dalam proses penyelenggaraan politik di Indonesia sebagai bagian dari upaya pencerdasan masyarakat dalam berdemokrasi. Pertama; sisi partai politik dan, Kedua; sudut pandang penerapannya di masyarakat.

Saat ini pada sisi partai politik, kita melihat banyak yang pragmatis dan praktis pada partai politik, karena hanya untuk cari uang semata, tetapi tidak ada kelembagaan politik karena mesin komunikasi politik ini mengkomunikasikan hanya untuk kepentingan pemilik atau dermawan partai.

Sementara dari sisi masyarakat, manfaat partai politik bagi masyarakat belum terasa karena peran partai dalam hal ini Caleg lemah, dalam usaha mendidik masyarakat tentang komunikasi politik, terlebih lagi para Caleg belum memperlihatkan kualitas, kapabilitas, integritas dan komitmen secara obyektif.

Untuk itu kita mengharapkan agar masyarakat cerdas dalam menentukan wakil rakyat yang benar-benar di anggap paling mampu untuk memperjuangkan aspirasi dan kepentingan masyarakat seutuhnya.